Outdoor Activity/Outdoor Training dengan metode Experiential Learning
Dalam Outdoor Activity/ Outdoor Training peserta diajak untuk menemukan dan belajar sendiri pengetahuan & ketrampilan baru, ataupun mengasah ketrampilan yang sudah dimiliki.
“Beberapa peserta sebenarnya sudah tahu akan pengetahuan dan ketrampilan yang ada, namun belum sadar akan pentingnya pengetahuan dan ketrampilannya, ataupun mereka sudah menyadari namun belum mau ataupun mampu untuk mempraktekannya.”
Dengan mengajak peserta untuk mengalami dan mempraktekan pengetahuan & ketrampilan melalui perumpamaan/ analogi di kegiatan ataupun simulasi permainan, diharapkan peserta dapat menemukan sendiri dan sadar akan pengetahuan & ketrampilannnya sehingga hal baru atapun wujud dari pemahaman akan kesadaran tersebut dapat menetap lebih lama di dalam diri peserta.
Seperti yang telah dinyatakan dalam Experiential Learning Theory, seseorang membangun pengetahuan dan ketrampilan melalui pengalaman langsung. Dengan pengalaman langsung, maka pengetahuan dan ketrampilan yang didapat dapat menetap lebih baik dan lebih lama.
Secara sederhana Dalam Experiential Learning ada 4 tahap pembelajaran
- DO IT
Seseorang melakukan suatu kegiatan/peristiwa secara langsung, pelaku menerapkan cara pandangnya, gambarannya, ide2nya untuk kegiatan/peristiwa tersebut
- WHAT
Pelaku memproses dan menanyakan “Apa yang terjadi ketika dirinya menerapkan cara pandangnya, gambarannya, ide2nya untuk kegiatan/peristiwa tersebut “ “Apa Hasilnya?”
- SO WHAT
Pada tahap ini pelaku melihat kembali dan mengevaluasi dari apa yang sudah diterapkan terhadap kegiatan atau peristiwa tersebut.
- NOW WHAT
Pada tahap ini pelaku memikirkan cara pandang, gambaran, ide2 baru terhadap kegiatan atau peristiwa tersebut
- DO IT
Pelaku kembali mengalami /melakukan suatu kegiatan/peristiwa secara langsung dengan mepraktekan konsep/ teori yang sudah didapatnya.
Secara khusus, tahap ini dapat terlihat dalam skema dibawah ini:
Aktivitas merupakan hal yang paling penting dalam Experiential Learning, karena aktivitas tersebut merupakan media pembelajaran, dan melalui aktivitas tersebut individu mengalami pengalaman serta belajar ketrampilan.
Di dalam Outdoor Activity/ Outdoor Training, salah satu aktivitas tersebut berupa permainan – permainan. Permainan tidak dibuat secara sembarangan, Simulasi/Permainan – permainan telah didesain dan diuji coba efektifitasnya dalam hal tujuan, serta telah diuji tingkat keamanan bagi peserta.
Dalam mendesain program Outdoor Activity/ Outdoor Training, permainan-permainan dipilih dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, jenis instansi, serta karakter, value dan budaya instansi/ perusahaan serta variabel – variabel lainnya.
Hakikatnya, keberadaan guru tidak dibutuhkan dalam Experiential Learning karena proses belajar ini menyangkut pengalaman nyata dan personal dari tiap individu. Experiential Learning juga menghargai perbedaan dan keunikan proses belajar tiap individu/peserta. Oleh sebab itu, berkembang adanya pendamping pengganti guru yang sering disebut sebagai Fasilitator.
Fasilitator sangat berbeda fungsinya dengan guru (yang cenderung memberikan pengetahuaannya atau mengajarkan), fasilitator berfungsi mendampingi dan membantu peserta untuk menemukan sendiri pengalamannya serta mengakomodasi perbedaan dan keunikan tiap individu. Secara khusus, Fasilitator akan membantu, mendorong, mengakomodasi peserta/ individu untuk terlibat, merefleksikan, mengkonseptualisasikan dan menerapkan ide-ide baru yang didapat melalui permainan yang telah dilalui.
Emosi dan perasaan juga merupakan hal yang penting dalam Experiential Learning. Karena pengalaman yang menyangkut emosi dan perasaan yang mendalam, baik itu berbentuk emosi dan perasaan positif ataupun negatif, akan lebih diingat dalam memori kehidupan individu daripada pengalaman yang tidak membangkitkan emosi dan perasaan. Di sinilah peran fasilitator juga penting untuk memberikan semangat kepada peserta/ individu sehingga memberikan suasana yang penuh emosi dan perasaan.
Agar proses pembelajaran dapat efektif, dibutuhkan beberapa hal yang akan di bentuk dalam suasana proses pembelajaran experiential learning, seperti:
- Aktif : Keterlibatan aktif peserta
- Reflektif: merefleksikan pengalaman yang didapatnya
- Analisa & Konsep : menganalisa dan mengkonseptualisasi pengalaman
- Awareness: Kesadaran untuk melakukan perubahan ke arah lebih baik
- Insight & Kreatif : pengambilan keputusan dan pemecahan masalah untuk ide-ide baru yang didapat pengalaman
Selain dari dalam diri peserta suasana yang akan dibentuk ini juga merupakan salah satu tugas dari Fasilitator. Mengingat tugas Fasilitator yang penting, maka dibutuhkan seorang Fasilitator yang baik dan berpengalaman, yang mampu membawa peserta kedalam pencapaian tujuan program Outdoor Activity/ Outdoor Training. Dalam membawa peserta/ individu dalam pencapaian tujuan program Outdoor Activity/ Outdoor Training. Fasilitator yang baik tidak pernah menyimpulkan Learning Point dari aktivitas yang telah dilalui individu, tetapi mendorong individu untuk menemukan sendiri, apapun itu kesimpulan yang mereka dapatkan.
(UNISON – dari berbagai sumber)